Pemerintah Amerika : Kaisar Telanjang Pesuruh Korporasi
It’s mentally sick, stupid! (adaptasi dari frase politik yang populer digunakan Clinton ketika berkampanye melawan George Bush Senior, it’s the economic, stupid!)
Di dalam perkara krisis keuangan global hari-hari ini……..
Tahukah anda dongeng tentang kaisar telanjang yang jadi ‘olok-olok’ anak-anak kecil yang polos dan lugu, “Kaisar telanjang, Kaisah telanjang, Kaisar kentir (gila)”. Sementara sebagian orang-orang dewasa sibuk memarahi dan membungkam anak-anak ini, sambil saling menipu diantara mereka dengan berlomba mengelu-elukan kaisar seolah berbusana sangat indah, mewah dan akan menciptakan trend mode adihulung. Sebagian lain tersenyum di dalam hati (kecian deh lu katanya) dan sebagian diam-diam mendukung anak-anak kecil itu. Konon orang-orang kepercayaan kaisar yang pandai menjilat sekaligus memanipulasi kaisar berseru-seru sambil mengancam, hanya orang-orang pintar dan bijaksana yang bisa melihat keindahan pakaian kaisar yang dirancang oleh desainer ternama yang lihai mengambil hati sekaligus menipu kaisar. Dan katanya hanya orang-orang bodoh saja yang tidak bisa melihat kehebatan pakaian kaisar.
Dan meminjam Karl Marx dan Engel rupanya “ada hantu komunisme berkeliaran di batok kepala kaisar dan halaman rumah sendiri……”
Seperti disampaikan oleh A Toni Prasetiantono dalam artikelnya Meletusnya Gelembung Hampa (Kompas Rabu, 8 Oktober 2008) salah satu sebab tarik ulurnya atau penentangan dana talangan pemerintah adalah soal momok sosialisme di sebuah negeri yang mengaku dedengkot liberalisme dan kapitalisme. Seperti dikatakan oleh Toni, “jika pemerintah menalangi semua bank yang bangkrut, bank-bank investasi itu akan menjadi milik pemerintah. Perekonomian yang serba pemerintah (etatisme) ini akan menimbulkan kesan, perekonomian AS sudah beralih ke sosialisme”.
Dengan menggunakan logika berpikir yang sama kita bisa temukan fenomena ‘ada hantu komunisme di batok kepala dan halaman rumah sendiri’ ini didalam diri Bill Gates dari Microsoft dan banyak eksekutif, kapten korporasi lainnya. Dalam menghadapi fenomena lahirnya komunitas kolaboratif atau kolaborasi massal di (melalui) web 2 seperti jejaring sosial Flickr, MySpace, You Tube dan Wikipedia juga open sources seperti Linux sebagai ‘komunis’ jenis baru yang terselubung. Sementara banyak korporasi lain dengan perkembangan ini, mulai membayangkan, merancang, membangun dan mendistribusikan produk dan jasa dalam berbagai cara baru yang inovatif. Ini diungkapkan oleh Don Tapscott dan Anthony D. William dalam bukunya Wikinomic yang edisi Indonesianya baru saja diterbitkan Bhuana Ilmu Populer 2008.
Dalam bahasa Hermawan Kertajaya di kompas.com melalui teknologi web 2 ini terjadi proses horisontalisasi baik di lapangan bisnis hingga lapangan politik. Hermawan memaparkan bahwa melalui Web 2 bukan pola hubungan dan komunikasi bukan “cuma bersifat One-to-Many atau One-to-One, tapi sudah bersifat Many-to-Many. Dalam lapangan bisnis tercermin dalam hubungan baru antara marketer dan customer, maupun di langan politik antara politisi dan pemilih. Hermawan misalnya bercerita tentang profil Perdana Menteri Cina Wen Jiabao yang muncul di Facebook pada 14 Mei 2008, yang segera mendapat kawan sekitar 14.000 orang dalam waktu cuma dua minggu serta fenomena pemilu AS yang mendapat darah segar melalui teknologi web 2 (silah kunjung Uploading, Searching dan Wiki (Web 2) untuk Perubahan Sosial
)
(Kok jadi melantur ya, tidak lain karena kebetulan nyambung dengan artikel saya bagian pertama soal dunia datarnya Thomas L Friedman yang diantaranya diakselerasi oleh perkembangan pesat teknologi komputer, informasi dan komunikasi. Friedman menyimpulkan up-loading sebagai factor pendatar diantara 10 faktor lainnya. Mari kita kembali ke kaisar telanjang sebelum kembali lagi ke perkara tak habis-habisnya Paman Sam menciptakan hantu-hantu dan musuh-musuh baru.)
Soal Kaisar telanjang sebenarnya telah saya singgung pada bagian pertama tulisan saya “Krisis Ekonomi Global : Karl Marx Di Aspan Jalan Dunia Datar” menyangkut intervensi pemerintah mengeluarkan dana talangan (bailout) yang sekali lagi menegaskan tentang adanya mitos mekanisme pasar (pasar bebas dan swa koreksi pasar) disatu sisi, disisi lain ketelanjangan pemerintah Bush yang didukung parlemen untuk melindungi kepentingan korporasi dan pemodal besar (baca pula artikel Martin Manurung “Neoliberalisme Kena Batunya” juga tulisan Ahmad Erani Yustika Menelanjangi Liberalisme di Kompas).
Dalam kurun waktu yang berabad kita temukan juga cerita tentang kebohongan soal ide dan gagasan pasar bebas, invisible hand juga pemalsuan sejarah berdasarkan penelusuran dan kajian yang diantaranya dilakukan oleh Noam Chomsky dalam bukunya Year 501. Uniknya kita kembali berjumpa dengan Columbus dan negeri India.
Chomsky dirujuk oleh Wim F Werthim dalam bukunya “Jalan Sosialisme Dunia Ketiga ; Pasar Protektif versus Pasar Agresif” (ISAI-PDAT-De Wertheim Stichting 2008). Menurut Wertheim melalui Year 501 Chomsky mempertontonkan kesinambungan keberhasilan cara “Utara” memaksakan dominasi politik, ekonomi dan militer terhadap “Selatan” yang tidak putus berlangsung sepanjang 5 abad sejak Columbus menemukan Benua Amerika. Ia membuyarkan sejarah palsu bahwa Selatan dikalahkan di sektor ekonomi oleh perdagangan bebas atau perekonomian pasar bebas. Alih-alih dukungan pemerintah negara utaralah yang memenangkannya. Hanya dengan dukungan negara, perekonomian Utara mencapai kedudukan monopoli, di bidang industri juga pertanian, atas dan terhadap perekonomian negara-negara selatan yang agraris.
Satu contoh kecil saja diulas bagaimana akibat protes keras para pengusaha penenunan sutera di Middlesex terhadap impor sutera tenunan India oleh East India Company (EIC), pemerintah kemudian melarang impor sutera India ke Inggris sekaligus mengenakan bea masuk yang semakin tinggi untuk semua produk katun hasil manufaktur India. Chomsky sebenarnya membongkar apa yang sesungguhnya terjadi dalam kasus Indonesia, Cina dan negara-negara jajahan lainnya.
Lepas dari dominasi ekonomi Eropa khususnya Inggris kemudian kita melihat cerita yang sama yang dilakukan oleh pemerintah-pemerintah negara-negara maju yang dipimpin oleh AS melalui organisasi yang mereka kendalikan IMF, World Bank dan WTO (sering dikatakan Unholy Trinity menurut saya lebih tepat Evil Trinity). Sebuah cerita tentang intervensi negara-negara maju dalam melancarkan akses korporasi pada tanah, bahan baku, buruh murah, pasar, segala bentuk insentif fiskal dan moneter hingga segala bentuk kebijakan proteksionis lainnya.
Pembongkaran Pemalsuan Sejarah terkait hampir semua negara maju terutama Inggris dan Amerika juga dilakukan oleh Ha-Joon Chang (seorang ekonom Cambridge yang juga bekerja sebagai konsultan untuk Bank Dunia, ADB, berbagai badan PBB hingga pemerintah Kanada, Jepang, Afrika Selatan, Inggris, hingga Venezuela) dalam bukunya Bad Samaritans (Pustaka Utama Grafiti 2008). Satu hal yang mengesankan adalah testimoninya tentang bagaimana Korea yang dianggap ‘murtad’ dari pakem neolib beranjak dari negara miskin dan hancur lebur pasca perang Korea bisa melejit ke papan atas ekonomi dunia. Juga cerita tentang pemain kuat seperti Jepang, Cina hingga India. Tak lain ini adalah karena otonomi untuk menentukan kebijakan ekonominya serta peran negara yang kuat untuk melindungi dan kemudian mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
Berikut ini adalah amsal yang digunakan oleh Wertheim dalam bab pertama bukunya “Nomor Satu, Amerika: Monopoli Merkantilis”
Seorang pecatur amatir menyatakan kepada grandmaster Tartakower, bahwa diri sudah secara patuh memainkan pembukaan yang belum lama direkomendasikan grandmaster lainnya Loewenstein dalam sebuah majalah dengan hasil malapetaka. Tartakower menjawab “Jangan kau memainkan yang ditulis Loewenstein. Yang mesti kau mainkan adalah yang ia mainkan”
Pemain catur amatir ini adalah wajah pemerintah lemah seperti di Indonesia dan saudara-saudara Asia Afrikanya, negara-negara Amerika Latin dahulu, juga cerita tentang negara-negara Eropa Timur yang didisiplinkan melalui kebijakan neo-liberal yang akhirnya dengan cepatnya terpuruk jatuh ke wilayah dunia ketiga.
Atau meminjam amsal dari Nietzhe (saya kutip dari satu buku terbitan Marjin Kiri)
“Kita telah meninggalkan daratan dan sudah menuju kapal! Kita sudah membakar jembatan di belakang kita – dan lagi, kita sudah menghanguskan daratan di belakang kita! Dan kini, hati-hatilah, kau kapal mungil! Samudera raya mengelilingimu…….
Lalu apa yang dilakukan oleh Amerika Serikat khususnya untuk mendisiplinkan pemerintah dan negara-negara lain yang membangkang, murtad dan memilih narasi dan pradigma politik ekonomi yang lain? John Perkins dalam bukunya “The Economic Hit Man” dan juga semakin terang berderang melalui buku Tim Weiner “Membongkar Kegagalan CIA : Spionase Amatiran Sebuah Negara Adi Daya-Gramedia 2008 (yang menjadi perhatian utama saya bukan keamatiran CIA, tetapi fakta telanjang tentang apa yang dilakukan CIA dan pemerintah Amerika…………
bunuh, beli-sogok, danai aksi militer (pemberontakan hingga kudeta), hingga cuci otak intelektual pecinta tipu-tipu kapitalisme neoliberal yang nyatanya diingkari guru-gurunya sendiri.
Dan Paman Sam adalah negri yang terus menerus memusuhi ‘the other’ (memproduksi dan mereproduksi musuh), bermegah diri, membangun benteng-benteng, menciptakan kesetiaan konyol dan semangat chauvinistik warganya.
Malangnya Karl Marx yang menghantui Pam Sam yang dikiranya sudah mati sejak runtuhnya tembok berlin dan runtuhnya pemerintah komunis di Uni Soviet yang dirayakan dengan megah oleh Fukuyama melalui “The End Of History” masih terus hidup dan berkembang sesuai dengan konteks zamannya.
Bahkan ini terjadi di halaman belakang negeri Paman Sam, wilayah yang dalam kurun waktu panjang berada dibawah kendali mereka dan wilayah yang dihisapnya yakni Amerika Latin. Pasang naik pemerintah-pemerintah yang kental dengan élan kerakyatan kita sebut saja sosialisme baru Amerika Latin. Wajah sosialisme yang egaliter sekaligus demokratis, banyak diantaranya bertumbuh melalui persinggungannya dengan ‘teologi pembebasan’, inilah yang lebih menakutkan bagi Paman Sam. Pemerintah kiri yang menang tidak melalui senjata, kekerasan, tetapi menang melalui kotak suara dan kesadaran beriman yang baru ‘option for the poor’
Sementara itu produksi dan reproduksi musuh baru diwakili oleh Huntington ketika dia memangggungkan benturan peradaban masyarakat yang lain (Islam dan Cina) vs Barat.
Kembali meminjam Thomas L Friedman ini kisah tentang dua angka penuh makna 9 dan 11. 11/9 (9 November) yakni tanggal penghancuran tembok Berlin dan 9/11 aksi terorisme yang menghancurkan World Trade Center. Silahkan anda merenungkan tentang kedua tanggal penting dalam sejarah ini, dan meneguhkan tekad kita untuk terciptanya dunia yang adil dan damai. Ingatlah pula ‘the power tend to corrupt’ entah itu disisi kanan atau yang berada di sisi kiri atau disisi manapun.
Dan saya yakin kita harus temukan keseimbangan antara liberte, egalite, fraternite untuk dunia baru itu……….
Inilah yang saya katakan hantu komunisme, reproduksi musuh yang aneh di batok kepala. Hantu itu adalah bagian dari kodrat dirinya yang ditolak dan diingkari. Hantu dalam rupa pengingkaran atas kodrat bahwa ada sisi baik di dalam diri manusia, alih-alih hanya homo economicus atau ekstrimnya binatang ekonomi dengan hukum rimba persaingan bebasnya. Bahwa ada aspek egaliter dan fraternite dalam eksistensi kemanusiaan, panggilan hidup dan fitrah manusia, bukan hanya mengumbar liberte dengan mengabaikan dua lainnya.
Karena dengan mengagung2kan liberte dan monomer-sekiankan egalite dan fraternite akan sampai pada cerita tentang keserakahan dan ketamakan sebagai iman vis a vis dengan keimanan ‘option for the poor’, iman untuk mengembalikan manusia kepada fitrahnya.
---------
Sumber: http://sarekathijauindonesia.org/?q=id/content/krisis-ekonomi-global-%3A-karl-marx-di-aspal
Home »
Kontributor
» Krisis Ekonomi Global : Karl Marx di Aspal Jalan Dunia Datar (Bagian 2)
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !